Sunan Giri: Mufti, Raja dan Dai

Rp66.000

Pengaruh Sunan Giri lama kelamaan makin luas, bahkan dikatakan oleh para ahli sejarah, bahwa ia menjadi poros kekuatan sosial politik yang sangat diperhitungkan. Sunan Giri juga sering dijuluki sebagai Sunan Giri Kedaton alias Prabu Satmata alias Sultan Abdul Faqih alias Ratu Tunggal Khalifatul Mu’min bin Sayyid Ya’kub. Pemberian gelar ini jatuh pada tanggal 9 Maret 1487, yang di kemudian hari dijadikan hari jadi Kabupaten Gresik. Diilhami oleh kedudukan Sunan Giri yang demikian kuat perannya secara sosial, politik dan keagamaan (spiritual) demikian, kelak pada saat peresmian Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga menciptakan carangan wayang dengan lakon Prabu Satmata yang digelar dalang kondang penuh kreasi itu sehabis shalat Jumat. Bahkan ketika Raden Rahmat alias Sunan Ampel Denta wafat kelak pada tahun 1478, posisinya sebagai imam Dewan Wali Sanga digantikan oleh Sunan Giri.

  • Penulis: Muh. Abdurrahman
  • Penerbit: Nuansa Cendekia
  • ISBN: 978-602-8395-19-9
  • Ukuran: 14,5 x 21 cm
  • Tebal: 60 hal

Description

Buku Sunan Giri: Mufti, Raja dan Dai mengulas secara komprehensif kehidupan dan peran ganda Raden Paku atau Sunan Giri, salah satu anggota Wali Songo yang paling berpengaruh, yang dikenal sebagai pemimpin agama sekaligus penguasa politik. Karya ini menyoroti bagaimana Sunan Giri berhasil mendirikan Giri Kedaton, sebuah pusat pendidikan Islam yang berfungsi sebagai pemerintahan otonom (kerajaan) dan menjadi rujukan fatwa keagamaan (mufti) bagi wilayah Nusantara pada masanya. Dengan kecerdasannya dalam ilmu fikih dan kemampuan berdakwah yang menggunakan media seni, seperti permainan anak-anak dan gubahan tembang, Sunan Giri tidak hanya menyebarkan ajaran Islam secara meluas, tetapi juga menciptakan peradaban Islam yang kuat dan berwibawa di tanah Jawa.